“Audy Joinaldy membagikan ceritanya sebagai agropreneur, akademisi, dan politisi“
Berbisnis di sektor pertanian tidak pernah menjadi perkara yang mudah. Setidaknya, hingga pada tahun 2020 usaha pertanian kembali bersemangat dengan munculnya trend berkebun di rumah oleh generasi muda dan meningkatnya perdagangan bahan pangan melalui channel online. Audy Joinaldy dalam live session di Instagram bersama Aku Petani Indonesia yang dipandu oleh Harry Putra pada Jumat (5/2) memberikan pandangan dan menyampaikan kiat-kiatnya dalam menggeluti usaha pertanian. Audy merupakan pengusaha berdarah minang, dosen, sekaligus Wakil Gubernur Sumatera Barat yang sedang menjabat.
Pengusaha kelahiran 1983 ini bercerita ketertarikannya pada dunia pertanian berawal ketika selepas krisis moneter dimana ia belajar ilmu peternakan di peternakan sapi ayahnya di Tabing, Padang, Sumatera Utara. Ia mengawali karirnya bekerja di perusahaan multinasional sebelum akhirnya memutuskan untuk memulai usaha sendiri di bidang manufaktur bahan baku ternak dengan skala kecil dan modal seadanya. Usahanya berkembang dari pabrik pakan ternak, pembibitan dan penetasan ayam pedaging, kandang ayam broiler/pedaging dan kandang ayam petelur hingga rumah potong ayam untuk bidang peternakan. Millenial agropreneur ini juga merambah usaha di bidang pertanian tanaman pangan seperti jagung, beras dan juga kedelai dari pembenihan hingga logistik.
Tantangan bagi usaha pertanian
Sebagai seorang yang telah memiliki segudang pengalaman dalam industri pertanian dari segi bisnis maupun akademik, ia menjelaskan bahwa ada 5 hal yang menjadi tantangan bagi usaha pertanian yaitu nature, legal, know-how, knowledge, dan capital. Nature atau alam merupakan penghalang yang tidak bisa diubah sehingga pengusaha harus mampu memilih mana komoditas yang paling sesuai untuk ditanam di lahannya. Kecocokan komoditas dengan iklim dan lahan akan menghasilkan produk yang berkualitas dan memengaruhi biaya operasional. Kemudian aspek legal atau hukum dimana kegiatan pertanian harus dilakukan dengan dan memiliki basis legalitas. Selanjutnya adalah
tantangan know-how sebagai pengetahuan dasar untuk menjalankan usaha pertanian. Pada era serba terkoneksi saat ini, informasi dan pengetahuan dasar tentang cara bertani ataupun beternak hingga pemasarannya mudah diakses melalui internet. Keempat, pengetahuan atau knowledge diperlukan untuk membuat bisnis lebih berkembang. Pengetahuan didapatkan melalui ekspert, menempuh pendidikan perguruan tinggi ataupun networking dengan sesama pengusaha di bidang pertanian. Terakhir, tantangan modal di mana selama ini, petani cenderung unbankable karena tidak memiliki jaminan ataupun laporan keuangan yang memadai. Namun saat ini, sudah lebih banyak pilihan institusi keuangan non perbankan seperti fintech yang bisa menjadi pilihan bagi para pengusaha dan petani. Bantuan dari pemerintah untuk koperasi pertanian juga tersedia meskipun ketersampaian informasinya pada publik masih belum banyak diketahui.
Kiat sukses bisnis pertanian
Keterbatasan modal dalam bisnis banyak dihadapi oleh pelaku usaha pertanian, Audy mengatasinya melalui partnership. Dengan berpartner, ia menerapkan prinsip berbagi risiko yaitu ringan sama dipikul, berat sama dijinjing. Sebuah usaha akan lebih kuat dan lebih sustain jika dilakukan bersama. Audy menekankan bahwa hal paling penting yang perlu diperhatikan saat memilih partner yaitu komitmen dan kesesuaian visi misi. Berpartner juga menjadi relevan karena saat ini merupakan eranya kolaborasi dan sharing economy.
Penanganan pasca panen juga perlu diperhatikan karena mempengaruhi kualitas produk dan pada akhirnya ke pemasaran. Pengusaha harus mampu membuat berbagai kreasi produk yang juga memiliki potensi pasar. Selain itu, bisnis melalui channel online terus bertumbuh terutama selama pandemi dengan adanya media sosial dan marketplace. Perusahaan rintisan single marketplace seperti HappyFresh, Chilibeli, dan Sayurbox yang berfokus menjual bahan pangan segar juga menjadi pemain utama bahkan di pasar Asia Tenggara.
Peluang menuju digital
Di seluruh dunia, termasuk Indonesia, pandemi membuat percepatan ke arah digitalisasi dan trend pertanian pertanian mengarah pada penggunaan teknologi dan otomasi. “Jadi saat ini memang arahnya pertanian yang ter-induce teknologi misalnya seperti precision greenhouse farming.” Di Indonesia, kecanggihan Artificial Intelligence sudah memasuki industri peternakan, pemerahan susu sapi segar tidak lagi menggunakan tenaga manual. Adanya teknologi juga memotong rantai pertanian yang panjang. Audy mengatakan bahwa suka tidak suka, digitalisasi akan masuk ke indonesia. Pertanian akan beralih dari industri padat karya ke industri padat teknologi.
Adanya COVID-19 berdampak peningkatan national resilience atau ketahanan nasional di bidang pertanian. Selama pandemi, terjadi kenaikan 40 persen konsumsi sayur dan buah lokal asli karena Indonesia membatasi perdagangan impor. “Ternyata bisa kok makan jeruk lokal, apel lokal.” Penjualan bahan pangan segar melalui platform digital naik 400 persen. Serta terjadi peningkatan 20 persen ekspor produk pertanian indonesia.
Perusahaan konsultan global Bain & Company menyebutkan bahwa pertumbuhan konsumen digital jauh melampaui harapan. Di pasar Asia Tenggara, sebanyak 35 hingga 40 persen pelanggan digital kini membeli bahan makanan kemasan, bahan makanan segar, dan minuman yang didorong oleh kebijakan social distancing yang memengaruhi perilaku konsumen. (Nissa Abdillah)